Wednesday, April 27, 2016

Cerita dari Mantan Pengawal Raja: Pemberontakan Robert

Barristan si Kuat, Barristan the Bold. Di hadapanku itulah nama yang mereka gunakan untuk memanggilku. Tapi di belakang, aku tahu nama apa yang mereka sebutkan. Barristan si Tua, Barristan the Old. Yah, mereka tidak salah. Aku memang tua. Dengan rambut yang sama putihnya dengan semua musim dingin yang pernah kulihat.

Barristan the Bold
Makin tua sesorang, makin sedikit waktu yang diperlukannya untuk tidur. Saat ini, aku bahkan hampir tak tidur sama sekali.

Ketika gelap menghampiri kota asing ini, aku dikunjungi oleh wajah raja-raja yang pernah kulayani. Wajah-wajah dari mereka yang aku telah bersumpah untuk lindungi, wajah-wajah yang telah gagal kulindungi.

Satu-satunya yang kuinginkan hanyalah untuk menjalani hidup dengan kebanggaan, melindungi seorang raja yang pantas untuk dilayani.

Selama Pertempuran Ninepenny Kings, aku menebas mati Maelys the Monstrous, Blackfyre penuntut takhta terakhir yang memulai seluruh pertempuran ini.

Maelys percaya bahwa darah Talgaryen dalam tubuhnya memberinya hak untuk menduduki Iron Throne. Aku memastikan bahwa darah yang ia miliki hanya berhak atas tanah di sekitar mayatnya.

Maelys Blackfyre, Maelys the Monstrous
Untuk menunjukkan rasa terima kasihnya, Raja menobatkanku sebagai Pengawal Rajanya. Itu adalah saat paling membanggakan dalam hidupku. Tapi Raja itu mati. Dan aku tidak bersamanya.

Bukannya aku bisa menyelamatkanya kalau saja aku ada di sana, tapi tetap saja. Aku bersumpah untuk melakukan yang lebih baik untuk putranya, Pangeran Muda Aerys.

Selama 20 tahun, kepemimpinannya begitu damai dan sejahtera. Aerys sangat dicintai oleh rakyatnya serta dihormati oleh para penguasa. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi jiwanya memburuk. Dia menjadi terobsesi dengan naga dan api. Dan pedang-pedang yang dimiliki oleh Pengawal Raja tak bisa melindunginya dari musuh yang ia lihat mengintai di tiap bayangan.

Rajaku menjadi gila.

Mad King - Game of Thrones
Namun masih ada harapan. Putra sekaligus pewarisnya, Pangeran Rhaegar adalah semua yang bisa diharapkan oleh kerajaan sebagai pemimpin. Dia kuat namun sopan, bijak namun waspada, serta merupakan teman yang baik.

Tak peduli seberapa dalam luka yang Aerys berikan untuk kerajaan, kami yakin bahwa putranya akan mampu menjahitnya kembali, ketika ia menduduki singgasananya.

Kemudian terjadi pertandingan kesatria berkuda Lord Whent yang diadakan di Harrenhal, yang terbesar yang pernah diadakan di Westeros. Aku menjatuhkan tiap pria yang melawanku sampai hanya tersisa Pangeran Rhaegar. Kami sama-sama menaiki pelana dan memegang rendah tombak kami, bersiap.

Dan aku dijatuhkan.

Basah dan penuh lumpur, aku kemudian melihat Rhaegar menghadiahkan Lyanna Stark dengan mahkota mawar kemenangan, meski perempuan itu sudah bertunangan dengan Robert Baratheon, dan Rhaegar sendiri sudah menikah dengan Elia Martell.

Kita semua tahu apa yang terjadi setelahnya.

Rhaegar Talgaryen, Lyanna Stark - Game of Thrones
Kalau saja aku lebih sigap menggunakan tombakku, kalau saja aku memilih kuda yang lebih cepat, mungkin aku bisa menyelamatkan kerajaan dari kehancuran yang akan terjadi setelahnya. Atau kalau saja aku kepikiran untuk memperingati Brandon Stark atas sikap terburu-burunya.

Ia datang ke King's Landing seorang diri, meminta Rhaegar untuk mengembalikan saudarinya. Orang bodoh yang malang. Kalau saja ia tahu kegilaan mendalam Aerys, ia tak akan berani untuk membuatnya marah. Aerys memberi perintah untuk memenjarakan Brandon, dan aku tak bisa melakukan hal lain selain menurutinya.

Ketika ayah Brandon, Lord Rickard Stark, datang ke King's Landing untuk memohon putranya kembali, Aerys membakarnya hidup-hidup. Dan aku tak bisa melakukan hal lain selain menyaksikannya.

Lord Rickard Stark - Game of Thrones
Aku telah mengucapkan sumpah pada raja yang gila, Mad King, dan terikat hormat untuk setia pada perintahnya. Meskipun harus mengorbankan jiwaku sendiri.

Gagak pembawa pesan segera tiba dengan berita hitam untuk Raja. Kerajaan terancam pemberontakan. Menginginkan kembalinya Lyanna Stark, Robert Baratheon menghancurkan pasukan mana pun yang berani menghalanginya. Eddard Stark, adik Brandon memimpin seluruh prajurit Utara turun menuju Neck dan menjadikan Catelyn Tully, tunangan Brandon sebagai tunangannya sendiri, sehingga mereka mendapat dukungan dari Riverlands.

Raja mengirim burung pembawa pesan ke Casterly Rock untuk memohon bantuan pada mantan tangan kanannya, Tywin Lannister. Dan tak ada burung pembawa balasan yang kembali.

Sebuah rencana dibentuk. Pangeran Rhaegar akan secara langsung memimpin pasukan kerajaan yang telah diperkuat oleh 10.000 Dornishmen menuju Utara untuk menghadapi Robert. Sebagai Pengawal Raja, Lewyn Martell dan aku menunggangi kuda di sebelah pangeran.

Rhaegar Talgaryen - Game of Thrones
Sebelum kami pergi, pangeran meyakinkanku bahwa ketika ia kembali dari pertempuran ini, akan ada banyak perubahan besar di dewan kerajaan. Meski telah bersumpah pada Raja, aku mengaku sangat bersemangat.

Dalam perjalanan untuk menghadapi pasukan Robert, kami yakin kalau kami akan menang. Kami menang jumlah, dan kami memiliki Pangeran Rhaegar. Keberadaannya mengangkat semangat orang-orang kami, dan tiap jengkal dari tubuhnya terlihat seperti Raja yang telah menjadi takdirnya.

Namun di medan pertempuran, para dewa mengatur lelucon yang kejam.

Robert membuktikan kata-kata Baratheon sebagaimana pasukannya menghancurkan barisan kami. Lewyn Martell tewas terbunuh. Aku terjatuh dalam pertarungan, luka parah, dan tak bisa melakukan apa-apa selain melihat palu perang Robert mengakhiri kepemimpinan Rhaegar sebelum itu dimulai. Dan kerajaan yang tak akan pernah dibasahi oleh darahnya sendiri.

Pemberontakan Robert, Kematian Raeghar Talgaryen - Game of Thrones
Namun Robert mengampuni nyawaku, meminta maesternya sendiri untuk mengobati luka-lukaku sebagai tanda hormat. Namun hormat untuk apa? Seorang Pengawal Raja tak seharusnya selamat setelah satu raja, apalagi dua, atau satu lagi yang harusnya menjadi raja.

Aku telah mengucap sumpah pada Klan Targaryen, dan aku telah gagal. Yang tersisa dari api mereka hanyalah bara tunggal, jauh di sisi lain dunia, dikelilingi oleh kegelapan.

Kalau saja para dewa baik, aku pasti masih akan menjadi muda, dengan kekuatan penuh. Namun apa pun bayarannya, aku tak akan pernah membiarkan titik bara itu padam. Kali ini, aku tidak akan gagal.